Beningnya Embun Pagi, Hidup Ini Baru Dimulai, Kita Songsong Dengan Penuh Senyum Dan Harapan

Kamis, 16 April 2009

Rembulan Dibalik Awan

Duhai alam yang maha luas, yang senantiasa memberiku inspirasi dalam menyambut tiap detik dari hidup ini, yang tak pernah ragu menuntunku untuk melangkahi tiap jengkal dari umurku. Duhai Sang Empunya alam ini, betapa kuasanya Engkau menghiasi tiap liku alam ini, melengkapi tiap butir debu perangkai bumi dan langit ini, memegahakan jagat raya ini dengan kompleksitas. Berikan slalu seberkas cahaya agar jalanku ini dapat ku lalui tanpa tersesatkan.

Hidup ini adalah siang dan malam. Siang yang dirajai sang Matahari yang dengan gagahnya dia berjalan tanpa mengenal lelah, takut atau bahkan malu sekalipun. Malam, dimensi dengan sejuta fenomena, menyiratkan sejuta rahasia yang terkamuplase dibalik gelapnya mayapada.

Aku melihat di atas sana, ada seberkas sinar yang anggun memandangi tiap titian dari langkahku menuju ke puncak kesempurnaan, Anggun namun ragu, ayu namun malu, dialah sang rembulan malam, bersembunyi diblaik awan hitam.

Wahai Engkau sang rembulan malam, mengapa Engkau begitu ragu menatapku? Adakah sesuatu yang ganjil dari bagian diriku? Aku menyadari betapa jauhnya kesempurnaan ini meninggalkanku, meski takan berhenti aku mengejarnya.

Namun apakah terlalu hina diriku hingga matamupun tak sudi menatap meski hanya satu kedipan saja. Tidakkah kau tahu bahwa sesunguhnya hati ini berontak melihat kehancuran diri ini? Tidakkah kau tahu bahwa jiwa inipun malu mempersembahkan karya hidup ini kepadaNya?

Biarlah tetap aku kejar kemana larinya kesempurnaan itu. Biarlah kakiku ini lelah dan tak berdaya demi mendapatkan kembali kesempurnaan itu. Biarlah kugadaikan hidupku ini, agar dapat kupersembahkan kesempurnaan itu kepada-Nya.

Aku mohon padamu wahai sang rembulan malam, berikan bias sinarmu menerangi jalan yang sedang aku tapaki.

Dimensi Yang Hilang

Sepasang mataku sayu
menatap sesosok tubuh ayu
tertunduk layu
diantara jutaan dunia yang tetap merayu

Aku tak sadar
apakah ini hanya mimpi belaka
sebab semua hanya berkelakar
tak sedikitpun kulihat pandangan iba

Aku masih terpaku
sekian lama terdiam dalam bisu
meski jiwa berat menyeru
untuk berlari meraih jiwa itu

Tapi kini tersadar
ternyata ini bukan dunia dimana ku berada
jiwaku hanya mampu bergetar
bergetar tanpa ada kuasa

Oh ini dunia baru
Ruang apakah ini, akupun tak tahu
hanya ditemani dentingan masa yang kian berlalu
bergerilya dibalik lentera masa lalu

Sosok itupun kian memudar
lenyap ditelan buih realita
terhimpit sosok yang kekar
yang bertepuk dada diatas nisan manusia